Konon manusia untuk pertama kalinya menulis di dinding-dinding gua pada masa yang sangat lampau. Pada saat itu manusia menuliskan tentang apa yang dialaminya seperti berburu, dan melakukan aktivitas lainnya. Tentu hal tersebut telah dibuktikan dengan sejumlah penemuan –penemuan mengenai coretan-coretan pada dinding gua. Menulis bagi saya adalah suatu komunikasi secara tidak langsung, di mana sebuah maksud tidak langsung disampaikan kepada penerima tetapi melalui media terlebih dahulu seperti pada dinding gua pada zaman purba, kulit pohon, binatang, batu dsb.
Berdasarkan hal itu maka menulis adalah kegiatan dalam rangka menyampaikan maksud, menceritakan, menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu dan menyampaikan kegundahan pada pikiran manusia dsb. Maka dari itu kita dapat mengetahui bahwa pada zaman purba, manusia menyampaikan kisah hidupnya dengan menulis pada dinding gua walaupun pada saat itu belum mengenai kata hanya baru mengenal simbol dan gambar. Setelah beberapa masa berlalu muncul lah tulisan-tulisan yang besar yang lebih terperinci dari sekedar gambar atau simbol, dan tulisan tersebut merupakan tulisan yang cukup menantang untuk dimengerti apa maksudnya oleh para ilmuan. Tulisan termaksud adalah tulisan ang ditulis oleh bangsa Mesir sebagai bangsa yang maju dengan peradabannya pada masa itu.
Saya di sini tidak akan menuliskan opini saya mengenai tulisan kuno di mesir. Mari kita fokus pada judul opini ini, bahwa tidak ada hal yang tidak bisa dituliskan. Tentu semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita bisa ditulis, dengan kemauan dan usaha tidak jarang tulisan yang dianggap remeh temeh akan menjadi tulisan yang besar yang mampu mempengaruhi orang lain. Misalnya saja menuliskan mengenai kegundahan hidup kita, kegembiraan hidup kita dan menulis apa pun yang terjadi pada hidup kita, itu akan bermanfaat untuk kita dan orang lain. Manfaat untuk diri sendiri adalah kita dapat meresapi dan menyalurkan rasa kegundahan kita menjad tulisan yang menginspirasi untuk yang membacanya. Menulis adalah usaha untuk mengeluarkan toksin jiwa manusia, dan sebagai obat untuk manusia lain dalam proses saling memahami satu sama lain. Jika menuliskan kegundahan hidup boleh dikata sebagai curhat oleh manusia jaman ini, mari kita menuliskan hal lainnya, karena menulis bukan hanya sekedar tentang curhat. Kita bisa menulis tentang pengamatan kita misalnya mengenai pola hidup zaman sekarang yang lebih konsumtif, boros, dan hura-hura. Kita bisa menulis mengenai kepemimpinan manusia –manusia muda negeri ini, kita dapat menulis perilaku hewan yang kita amati.
Bahkan kita bisa menulis mengenai sikap dedek-dedek emesh yang makin emesh yang selalu menghantui batin jomlo sedunia. Jadi lah pengamat yang tidak penting, kira-kira begitu seseorang pernah berkata, dengan mengamati hidup dimulai dari yang penting sampai yang tidak penting, maka ide untuk menulis akan mengalir bebas. Misalkan mengamati semut yang sedang bergerombol menggerayangi gula, tentu dengan mengati mereka kita akan berfikir mengenai mereka, adanya proses berfikir mengakibtkan kita akan menerka-nerka perilaku objek kita,. Selamat jika kamu mengalami hal itu kamu telah memasuki alam pengetahuan. Tidak hanya menulis itu, misal menulis mengenai jodoh, suatu topik yang sangat menggoda bagi kawula muda saat ini. Ada apa sih dengan jodoh? Apa anak-anak muda terlalu takut hidup sendiri dan tidak ada yang menyayangi dan mencintai ? atau hal ini (jodoh) berbicara tentang kesenangan biologis yang artinya pemenuhan hastrat seksualitas ? saya pikir jika kita berpikir demikian kita belum dewasa mengenai periha jodoh, bagi saya jodoh adalah suatu misteri, suatu paradox hidup.
Izinkan saya untuk menutup tulisan ini, menulis akan membawa kita pada perasaan yang menyenangkan, setidaknya segala hal yang membuat kacau atau yang mengganjal di pikiran akan keluar menjadi lebih ringan. “Menulislah maka engkau akan hidup abadi”, kira-kira begitu ucapan salah seorang tokoh novelis lejen di Indonesia.
Bayu Sulistyo, Koordiator (PJCD2E) Persatuan Jomlo Cinta Dedek-Dedek Emesh