ANAK-ANAK BURUNG

Saya kira tidak ada yang paling menggemaskan kecuali anak-anak, dengan lincah dan polosnya mereka membuat orang dewasa tertawa gemas. Saya langsung tertawa gemas ketika melihat adik saya yang berumur lima tahun dengan pola tingkah menirukan kelakuan saya dengan mencontohkan menggunakan helmet sambil menaiki gagang sofa dan beraksi laiaknya sedang balapan motor, “bremm.. brem.. ayo aku harus sampai garis finis” ucap dia dengan percaya diri, terkadang ia tumpang kaki seperti orang dewasa dan, berceloteh tentang apapun dan jujur ia adalah adik yang sangat lucu yang selalu membuat saya tertawa bahagia melupakan penatnya permasalahan hidup. Tentu hidup memang selalu demikian jika kita menyikapi terlalu ruwet, perlu latihan yang keras sehingga kita bisa menyikapi hidup dengan woles dan tanpa beban. Anak-anak selain bertingkah mengejutkan dan membuat kita tertawa dan terhibur mereka pun memiliki imajinasi yang kuat dan hebat, apa sih yang tidak bisa dipikirkan oleh anak-anak dengan imajinasinya yang hebat dibandingkan para orang dewasa ? anak-anak memegang sebatang lidi saja anggapan mereka sedang memegang pedang dengan kekuatan tujuh elemen alam, sarung yang diikatkan kepada leher mereka sehingga terurai melewati punggug, mereka rasakan seperti superman yang mempunyai kekuatan super dan bisa menjelajahi seluruh alam ini. Sungguh pikiran anak-anak adalah kaya akan imajinasi dan hebat-hebat, hanya orang dewasa yang sepertinya agak tersendat imajinasinya dan tidak lagi sebagus anak-anak, walaupun terdapat beberapa orang yang masih mempunyai imajinasi seperti anak-anak.

Kita tentu pernah menjadi anak-anak, merasakan bahagianya menjadi anak-anak, bebas bermain dengan siapa pun dan kapan pun, waktu yang paling indah untuk manusia mungkin waktu ketika ia menjadi anak-anak. Ketika kita menjadi anak-anak akan merasa bebas, tanpa beban. Bermain layang-layang, mencuri mangga, jambu, buah kersen di pohon tetangga, berenang di sungai atau selokan, bermain kelereng, main pedang-pedangan, bermain bola sampai sore dan sesudahnya tidak mandi sehingga mendapat marah oleh mama, bermain polisi-polisian, dan bahkan masak-masakan. Namun saya kecewa pada hari ini anak-anak sudah bermain di lain dimensi, yaitu dimensi gadget, semua seperti orang dewasa yang membosankan, mereka – anak-anak – kini bermain secara individu, tidak ada sosialisasi satu dengan yang lainnya. Anak-anak kini bermain game di gadget dan sarana lainnya.
Tentu hal tersebut sangat disayangkan, dan menurut saya hal tersebut dapat mengakibatkan pada pola pikir mereka yang masih perlu diarahkan dan dibentuk, serta dibimbing oleh orang tuanya.

Sekali lagi, kita pernah menjadi anak-anak dan ketika kita sudah beranjak dewasa kita menjadi membosankan. Kita selalu tertekan oleh lingkungan termasuk di dalamnya tertekan oleh keberadaan atau eksistensi. Ingin menjadi apa kelak kita setelah dewasa ? atau ketika kita telah menginjak umur 22 atau 23 tahun ? akan kah kita berguna di masa depan ? akan kah kita dapat membahagiakan diri sendiri dan orang tua dengan kemampuan kita yang dimiliki dan tidak bergantung pada orang lain khususnya orang tua kita ? Tentu saya yakin setiap manusia akan berfikir seperti itu dan menjadi galau dibuatnya. Hidup memang suatu kenyataan yang tidak dapat dielakkan, tentu tiap manusia mempunyai pikiran masing-masing dengan segala kelebihan dan ke-khas-an nya. Setiap manusia berhak menjadi apa yang ia inginkan, maka bagi saya manusia harus memilih jalan hidup nya, terlebih ketika ia telah dewasa dalam artian ia telah mampu berfikir dan merasa serta mengolah segala pengalaman dan pengetahuannya sehingga ia dapat menyimpulkan dari hasil renungannya. Saya teringat oleh perkataan seorang penulis hebat – Pramoedya Ananta Toer – bahwa orang harus bersikap jika tidak, ia tidak akan menjadi apa-apa, begitu kiranya perkataan Pram yang telah merasuk alam pikiran dan hati saya, jujur saya sangat mengagumi beliau. Al-fatihah untuk beliau semoga bahagia di alam sana. Aamiin.

Anak-anak tidak bisa terus menjadi anak-anak, ia akan selalu tumbuh dan berkembang baik fisik dan mentalnya. Tentu dalam perjalan tumbuh-kembang, mereka mendapati berbagai macam pengalaman dan pengetahuan tentang hidup. Melalui mata mereka melihat, melalui telinga mereka mendengar, melalui perasaan mereka merasakan berbagai hal yang terjadi pada hidup mereka. Usia balita dan anak-anak tentu mereka mendapat arahan, bimbingan, dan bentukan dari orang tua mereka. Namun ketika remaja mereka akan menjadi peniru yang handal. Mereka akan meniru teman-temannya, kakak-kakak angkatan disekolahnya, bahkan senior di kampusnya!, tokoh idolanya, dari mulai gaya rambut sampai pakaian, dan mereka masih terombang-ambing di dalam arus kehidupan. Mereka akan terus tumbbuh dan berkembang sehingga mereka akan mencapai titik keresahan hidup dan keberadaan dirinya di antara masyarakat. Akan jadi apa kah aku ? apa mampu aku mengarungi hidup masa mendatang dengan kemampuan seperti ini ? siapa jodoh ku ? bagaimana rupa nya ? bisa kah aku membahagiakan orang tua ku dengan kemampuan diri ku sendiri ? berguna kah aku untuk orang terdekat dan masyarakat ? jangan-jangan aku akan menjadi pecundang di masa depan.. oh tidak aku akan menjadi orang yang bermanfaat untuk diri ku, orang tua ku, dan orang-orang terkasih dihidup ku. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lah yang kiranya akan menghampiri mereka yang akan beranjak dewasa.

Anak-anak laksana seekor burung yang tentu akan menjelajahi angkasa bumi ini dengan sayap-sayap indah nan kuat mereka. Anak burung tentu mendapatkan didikan dan latihan untuk bisa terbang dari ibu burung yang mulia, sebelum ibu burung melepas mereka, tentu mereka telah cukup kenyang dengan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi dari ibu burung maupun bapak burung dan tentu cukup latihan terbang. Maka ketika anak burung itu telah melebarkan sayapnya dan ia mampu terbang ia dapat menjelajahi seluruh angkasa bumi dan meraih apa yang ia inginkan untuk hidupnya dan seterusnya ia akan menemukan pasangannya dan menetaskan anak-anak burung mereka kemudian mendidik dan melatih mereka untuk terbang menjelajahi alam yang indah ini. Begitu seterusnya, berulang dan terus berulang. Anak-anak adalah hasil duplikat kita dari mulai fisik hingga pikiran. Biar kan mereka tumbuh dengan wajar dan mengepakan sayap nya yang indah dan kuat untuk menjelajahi kehidupan yang indah ini laksana anak-anak burung yang telah cukup mampu mengepakkan sayap-sayap lembutnya. Namun bagaimana pun kita telah dewasa akan tetap seperti anak-anak yang lucu bagi orang tua kita terutama ibu kita.
B. Sulistyo
27 Juli 2016.

MEMBACA MAHASISWA ZAMAN INI

Saya langsung berteriak dan menendang meja komputer ketika mendapati nama saya terpampang di pengumuman online penerimaan mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Hari itu menjadi hari yang sangat menyenangkan yang pernah ada di hidup saya, betapa tidak menjadi seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri menjadi suatu kebanggaan di negeri ini terlebih di kalangan keluarga dan saudara hanya saya yang mampu berkuliah di perguruan tinggi negeri, saya menjadi jumawa akan hal itu. Tidak pernah terbayangkan saya akan menjadi mahasiswa pada saat itu, setelah lulus sekolah kejuruan saya bekerja di sebuah apotik lengkap dengan praktik dokter. Tentu saya mencintai pekerjaan ini namun ada suara kecil dari hati kecil yang terus mengaung-ngaung seperti macan kelaparan dan kehausan, saya merenung ada apa gerangan, saya tahu bahwa pikiran dan hati saya tidak ada yang beres saya terus mencari, dan tentu saya berperang dengan diri saya yang lain dan ternyata saya mengakui bahwa saya tidak puas dengan pekerjaan saya, bukan perihal penghasilan, walupun hal tersebut ikut mempengaruhi saya dalam mengambil keputusan untuk berkuliah tapi hanya nomor sekian dari angka pokok yang melatar belakangi saya berkuliah. Tujuan saya hanya satu ingin mengulang waktu kembali belajar, saya akui bahwa selama sekolah saya tidak rajiin, dan termasuk malas, membeo, tidak punya pendirian, intinya saya ingin menjadi pribadi yang berkarakter dan mempunyai sikap. Pendek kata saya berkuliah dengan susah payah masuk perguruan tinggi negeri itu, dengan menisihkan uang penghasilan dari bekerja saya mengikuti bimbel karena tentu ketika di smk mata pelajaran yang diajarkan tidak menjuruskan untuk menghadapi soal-soal tes masuk perguruan tinggi, terlebi pikiran ini sudah terlalu lama tidak diasah dalam hal akademik.

Waktu terus berlalu akhirnya saya masuk dunia perkuliahan yang sangat majemuk, saya bisa menemukan orang-orang dengan karakter yang bermacam-macam berikut dengan keadaan ekonomi atau status sosialnya. Tentu saja dunia perkuliahan sangat menarik karena kita bisa bertemu dan berteman bahkan merajut hubungan dengan orang lain dari luar daerah kita bahkan luar pulau dan negara. Adanya dunia baru yang diisi oleh orang-orang baru, kehidupan baru, cara bergaul yang baru, cara belajar yang baru di dunia perkuliahan mengakibatkan perubahan pada diri seseorang. Saya pun demikian, jujur dunia perkuliahan adalah dunia yang membentuk diri kita luar dalam, mungkin di dalam dunia perkuliahan juga seseorang bisa di tempa menjadi pribadi baru secara total atau secara sedikit karena pribadi dia sudah ditempa sejak sekolah dulu. Dunia perkuliahan adalah titik tolok dalam pembentukan pribadi manusia-manusia di dalamnya sebelum ia keluar dari kampus untuk hidup bersama masyarakat yang sesungguhnya. Aspek pengetahuan pun akan meningkat dalam diri seseorang ketika memasuki dunia kampus dan hidup di dalamnya. Tentu hal tersebut dilatar belakangi oleh tumpah nya segala macam informasi dan pengetahuan yang ada di dunia dari mulai dunia dulu atau sejarah, sampai saat ini yang mengaibatkan pikiran-pikiran manusia kampus dapat menerawang masa depan, masa sekarang, dan masa lalu sebagai akibat berkembang kemampuan pikirnya.

Kita bisa melihat dunia kampus identik dengan ilmu dan mahasiswa identik dengan manusia yang terpelajar, cerdas, intelek, dan peduli terhadap masyarakat dan bangsa. Secara tidak langsung masyarakat negeri ini berharap kepada mahasiswa yang hidup di dunia kampus menjadi orang yang dapat membimbing dan memimpin mereka di masa depan. Saya saat itu sangat senang sekali, saya mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar, banyak buku habis di baca oleh saya dari mulai buku seputar jurusan kuliah hingga di luar jurusan kuliah. Teman –teman saya pun mulai asyik dengan rajin mengikuti diskusi-diskus kampus, ikut organisasi intra maupun ekstra kampus, ada yang berjualan atau berwirausaha dan ada yang akademikus alias kerjaannya hanya mementingkan IPK. Setiap orang mempunyai pilihan dalam berkehidupan dalam kampus, ada orang yang memilih aktif organisasi, ada orang yang aktif di IPK, dan ada yang aktif di bidang wirausaha sampai ada yang aktif pacaran ataupun nongkrong. Itu lah dunia kampus tiap orang merancang masa depan masing-masing, melalui keinginan-keinginannya. Saya sendiri memilih menjadi mahasiswa yang bisa masuk sana-sini yaitu mahasiswa yang tidak mempunyai satu tujuan tetapi banyak tujuan, banyak mimpi.

Ketika saya mahasiswa (sampai sekarang pun masih mahasiswa) saya mempunyai keinginan untuk menjadi seorang polimatik, tentu hal tersebut keren bagi saya. Orang-orang jaman dulu yang saya maksud di sini adalah ilmuawan dan filsuf adalah polimatik. Tentu untuk menjadi demikian membutuhkan motivasi kuat dan tenaga pantang menyerah. Jika berbicara mahasiswa sebagai orang yang intelek serta terpelajar maka di dalam pribadinya sudah tercermin sikap dan perilaku, tutur kata yang mencerminkan terpelajar dan intelektual, dalam hati nya sudah terpatri rasa bela sesama manusia terutama bagi kaum-kaum tertindas dalam bentuk fisik maupun psikis. Minimal sebagai seorang yang terpelajar, maka ia harus bersikap atau berlaku adil sejak dalam pikiran dan perbuatan, begitu petuah yang diajarkan oleh Pramoedya yang terus terngiang di benak saya. Memang seorang terpelajar harus demikian, karena ia telah mengenyam pengalaman dan lebih tahu dari pada yang tidak terpelajar, hati dan jiwa ia harus lebih halus, pikiran dia harus tajam seperti mata elang.

Kehidupan kampus membentuk karakter manusia mahasiswa nya dari pengalaman-pengalaman yang ia rasakan langsung dari dirinya sendiri maupun orang lain. Maka mahasiswa seyogiya nya menimba ilmu dari lingkungannya. Zaman ini mahasiswa di negeri ini banyak sekali macamnya, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, apapun macamnya bagi saya setiap individu mahasiswa harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri, orang-orang sekitarnya dan terkasihnya. Jika diharuskan demikian maka, seorang terpelajar tersebut harus menempuh jalan agar menjadi terpelajar, agar menjadi sarjana yang sesungguhnya, sarjana yang tidak hanya meraih gelar saja namun berisi hingga jiwanya untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat, serta bangsa. Memang pikiran saya terlalu idealis namun jika tidak demikian bangsa ini akan terus terjajah oeh ketidaktahuan, oleh kebodohan yang menjelma lewat gelar-gelar akademik yang mewah, percuma saja jika mendapatkan sederatan gelar akademik dari dalam atau pun luar negeri jika ia tidak peduli terhadap masyarakat dan sekitarnya. Jangan sampai sarjana-sarjana yang masih menjadi embrio di kampus-kampus menjadi mesin penyedot darah bagi masyarakatnya.

Mahasiswa zaman ini membaca buku kuliah pun enggan, mereka membaca juga tetapi membaca power point alias ppt materi dari dosen, mahasiswa yang membeo dan menelan begitu saja atas apa yang dikatakan dosen, bagaimana mau menghasilkan sarjana yang dapat adil sejak dalam pikiran jika membaca saja malas dan masih membeo dan mudah dikendalikan. Tentu mahasiswa seperti itu tidak semua terdapat di Indonesia, masih banyak mahasiswa yang rela berlelah-lelah mempertahankan idelismenya dengan sejujur-jujurnya, sebaik-baiknya.
Saya heran mengapa saat ini mahasiswa lebih meributkan perihal pernikahan, tentu itu menjadi hak tiap individu, bagi mereka yang ingin menikah muda silakan, namun bagi saya tidak mudah untuk melakukan nikah muda terlebih belum punya pasangan dan masih kekurangan materil dan psikologis. Masih banyak hal yang masih saya persiapkan untuk melakukan hal itu, saya tidak mau terburu-buru menikah, terlebih saya belum mandiri. Tentu nikah muda atau pacaran setelah menikah dan sebaliknya mempunyai perdebatan masing-masing. Masih banyak yang harus dipikirkan oleh mahasiswa selain nikah, misal menyelesaikan studi, mau bagaimana ketika lulus nanti, maksudnya bagaimana kalian akan berkarya ditengah-tengah masyarakat ? bukan kah berkarya untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat merupakan suatu pahala yang besar dan mulia ? tidak melulu soal menikah, karena menikah adalah perkara yang agung perlu kekuatan besar dan kesiapan mental yang cakap. Sekali lagi ini argumen saya, setiap orang berhak menentukan pilihannya.

Mahasiswa indonesia tentu harus bersikap dewasa, masih banyak yang harus dilakukan, belajar sampai lulus kuliah, meningkatkan kualitas diri, mandiri, peka terhadap lingkungan, adil sejak dalam pikiran maupun perbuatan.
Mahasiswa saat ini bermacam-macam, dalam artian kegiatannya yang nantinya melahirkan pemikirannya. Saya salut dengan mahasiswa pergerakan, ia belajar untuk dirinya sendiri dan masyarakat, rela berlelah-lelah untuk turun ke jalan demi menyuarakan hak – hak mereka yang tertindas, demi menyurakan ketidak adilan. Saya pikir itu memang menjadi keharusan tetapi kita jangan lupa akan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang tua. Mau mahasiswa kuliah pulang- kuliah pulang atau kupu-kupu, mahasiswa kuliah rapat –kuliah rapat, tetap pada akhirnya kalian akan bermuara di mahasiswa tingkat akhir yang harus kau selesaikan dan lewati.

Berbicara mahasiswa memang tidak ada habisnya, karena bagi saya mahasiswa ujung tombak bagi suatu bangsa dalam mempertahankan eksistensinya di dunia. Adanya kaum terpelajar, suatu bangsa akan bangkit, dan maju tentu jika kaum terpelajar itu benar-benar terpelajar. Semoga mahasiswa Indonesia menjadi penerus bangsa yang dapat mempertahankan bangsa dan menyejahterakan kaum-kaum yang kekurangan.
Bandung, 23 Juli 2016
B. Sulistyo.

STATUS MEDSOS, BUKU, DAN MINAT BACA

Sumber Gambar : Google

Semua orang yang mempunyai gadget dan telah tersihir oleh moderenitas pasti akan tahu apa yang dimaksud dengan status medsos, ya, suatu pernyataan dari seseorang yang menggunakan internet sebagai jejaring sosialnya yang berisi berbagai macam argumen, perasaan yang menyenangkan dan sekaligus mengumpat, atau bisa juga sebuah status merupakan sebuah promosi barang atau jasa. Berdasarkan demikian maka kita bisa menyimpulkan secara garis besarnya bahwa status medsos atau status media sosial adalah suatu kondisi seseorang yang dituliskan di media sosial apapun itu bentuknya yang berisi argumen, perasaan, gagasan, hingga promosi yang bersifat informatif. Manusia sudah lama sekali berubah sehingga mengakibatkan ikut berubahnya dunia ini yang semula satu menjadi dua – dunia maya –. Adanya internet mengakibatkan segala hal terhubung dengan mudah dan cepat kecuali di beberapa tempat atau negara yang koneksi internet nya masih lambat. Intinya adalah dengan adanya internet, segala hal menjadi lebih mudah, dari mulai berkomunikasi, berbelanja, daftar kuliah, daftar nikah (mungkin), memutuskan suatu pekara atau menggagalkan janji dengan mudah dilakukan melalui internet, hingga perang pun bisa dilakukan di dunia maya ini. Medsos atau media sosial yang merupakan fasilitas untuk bersosialisasi sesama mahluk hidup yaitu manusia, – karena saya belum menemukan tumbuhan atau hewan bahkan jin menggunakan medsos, tentu jika demikian jin dan atau setan bermain medsos mereka akan update status “kamu jahad mas” – termasuk di dalamnya berkomunikasi, berbelanja, dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan, rupanya memberikan dampak negatif, tentu pembaca tahu apa yang terjadi pada pemilihan presiden negeri ini tahun lalu yang begitu panas dan medsos ikut andil dalam menyebarkan informasi-informasi yang tercampur aduk sehingga menjadikan informasi yang kabur, jauh dari kebenaran terlebih lagi para pengguna medsos negeri ini kiranya belum dewasa dalam menyikapi informasi yang terdapat dalam medsos, daya filternya masih kurang sehingga terjadi hal-hal yang bodoh seperti saling ejek, saling hina, saling hujat, ingin menang sendiri dsb, mungkin ini karena hal demikian, informasi yang bergelobang menerjang kepada netizen dan dirinya sendiri belum baik daya filternya.

Berbicara tentang internet yang diwakili oleh medsos tentu tidak ada habisnya, dua sisi mata logam selalu muncul, selalu ada kebaikan dan keburukan yang mengiringinya. Keburukan medsos terjadi karena akibat dari perbuatan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab atau mempunyai niat jahat seperti penipuan, penculikan, dsb, belum lagi keburukan dari tersebarnya berita-berita hoax bersifat penting atau tidak yang mengakibatkan kepanikan secara massa atau individu. Jadi kita bisa berfikir bahwa keburukan medsos atau internet disebabkan oleh pelaku atau penggunanya sendiri. Kiranya kita perlu berfikir ulang dengan streotipe yang menyatakan bahwa teknologi mengakibatkan keburukan bagi manusia. Teknologi justeru membantu kehidupan manusia, hanya saja manusia sebagai hewan yang berakal dituntut bijak dalam menggunakannya. Manfaat medsos tentu kita sendiri sudah tahu terlepas dari pandangan kita tentang apa manfaatnya yang diberikan. Misalnya adanya medsos, saya bisa menulis gagasan-gagasan saya, kritikan saya, pendek kata, orang akan menulis segala perasaannya dalam medsos. Bahkan medsos sendiri bisa dijadikan sebagai media tulis menggantikan buku – facebook misalnya, Line, dsb – kita dapat menulis dari ulai sajak, essai pendek, puisi bahkan resep masakan, dan membaca merupakan pasangan dari menulis maka orang-orang pun kini gemar membaca tulisan di medsos itu termasuk membca status (mungkin lebih banyak membaca status pendek-pendek dari pada status panjang-panjang). Terlepas dari itu semua orang ada kemauan untuk membaca sekalipun itu adalah sebuah status. Tetapi orang harus dewasa, artinya jangan mudah terpancing oleh kabar-kabar hoax, maka orang harus banyak membaca, membaca, dan membaca, harus banyak menimbang-nimbang atas informasi yang di dapatnya dari medsos atau social media. Orang harus cerdas dalam menyikapi berita-berita yang ada di medsos, jangan langsung bereaksi atas apa yang Anda baca di medsos, siapa tahu berita atau informasi yang dibaca jauh dari kebenaran. Sudah saatnya pengguna medsos di Indonsia dewasa, dan cerdas dalam menggunakannya.

Internet juga telah menggantikan buku cetak yang diprint oleh kertas yang berasal dari kayu-kayu pohon di dunia yang kita tahu pepohonan memberikan kita udara segar. Kini buku telah ada dalam bentuk digital atau e-book. Tapi tetap saja e-book itu juga tidak mutlak efisien karena kita memerlukan listrik, internet dan perangkat gadget dsb untuk mengakses nya. Buku berkaitan dengan tulisan yang berisi berbagai informasi yang berguna untuk pengetahuan manusia. Maka manusia harus gemar membaca karena dengan membaca berbagai macam pengetahuan akan didapat. Sayangnya membaca belum begitu populer di masyarakat kita, membaca masih dianggap sesuatu yang membosankan, dan membuang waktu, mungkin saja masyarakat belum mengetahui manfaat membaca atau terlalu takut untuk membaca. Buku adalah suatu produk dari peradaban manusia, kiranya membaca dan menulis adalah suatu hal yang mendasar yang harus manusia dapatkan, dengan bisa membaca dan menulis, orang akan terhindar dari penindasan orang lain, karena ia berpengetahuan.
Maka buku diadakan dalam rangka menyediakan berbagai macam informasi dan pengetahuan, curahan hati, pikiran manusia untuk manusia lainnya. Adanya medsos tentu menjadi hal yang baru dalam dunia perbukuan, mungkin lebih tepatnya kehadiran internet. Orang kini dapat membaca berita atau tulisan melalui internet, medsos, atau e-book. Saya sebagai penggiat baca dan tulis tentu kurang begitu gemar membaca tulisan di media internet itu, rasanya perlu energi besar untuk membaca tulisan dalam media tersebut, kecuali menulis. Saya lebih gemar membaca di buku-buku cetakan, rasanya saya bahagia jika membaca buku atau tulisan dari hasil cetak. Membaca tulisan dalam entuk elektronik rasanya tidak cocok dengan saya, mata saya selalu lelah berlama-lama di layar komputer atau gadget hanya untuk membaca akibatnya informasi atau pengetahuan jadi tidak maksimal tercerna oleh memori saya.

Membaca dan menulis merupakan pekerjaan yang mulia sekaligus berani, pekerjaan tersebut memakan waktu banyak, tentu jika kita ingin tahu maka kita harus meluangkan waktu untuk membaca dan menulis. Banyak orang-orang besar dan berpengaruh di dunia ini karena membaca dan menulis ; Karl Marx yang rela menghabiskan sisi hidupnya di perpustakaan dan museum hanya untuk mengaji dan menulis sehingga keluarlah maha karya dia yang terkenal itu ; Das Capital yang menjadi panutan kaum proletar se-dunia saat itu. Kerja keras tidakakan menghianati hasil, kerja keras bukan hanya dalam bentuk penyusunan atau pengerjaan atas pekerjaan-pekerjaan tapi usaha kita dalam membunuh rasa malas, rasa tidak percaya diri, dan rasa tidak berdaya, dan mendorong diri untuk berani berfikir dan bertindak. Saya kira kebosanan hidup memberikan manfaat positif untk manusia, kebosanan hidup tentu harus jelas duduk perkaranya. Bekerja keras pun bisa masuk dalam kategori kebosanan hidup. Namun kerja keras akan menghantarkan kita kepada hasil tentu dengan kebosanan yang selalu mengiringinya, manusia perlu bersahabat dengan kebosanan, bukan memusuhinya. Maka membaca dan menulis perlu dikerjakan secara ikhlas demi kebaikan setiap indiividu bangsa.

Semua hal tentu mengalami proses, step by step, sedikit demi sedikit. Jika masyarakat negeri ini belum berminat pada membaca, bagi saya tak apa lah mungkin waktu belum mengizinkan. Tapi kita harus berusaha terus dan terus menggiatkan baca dan tulis, semua orang di negeri ini harus bisa membaca dan menulis sebagai modal hidup bangsa. Masalah rezeki sudah ditentukan, mau tukang becak, petani, buruh, semua harus bisa baca dan tulis, karena itu modal mereka hidup.
B. Sulistyo
12 Juli 2016