Saya kira tidak ada yang paling menggemaskan kecuali anak-anak, dengan lincah dan polosnya mereka membuat orang dewasa tertawa gemas. Saya langsung tertawa gemas ketika melihat adik saya yang berumur lima tahun dengan pola tingkah menirukan kelakuan saya dengan mencontohkan menggunakan helmet sambil menaiki gagang sofa dan beraksi laiaknya sedang balapan motor, “bremm.. brem.. ayo aku harus sampai garis finis” ucap dia dengan percaya diri, terkadang ia tumpang kaki seperti orang dewasa dan, berceloteh tentang apapun dan jujur ia adalah adik yang sangat lucu yang selalu membuat saya tertawa bahagia melupakan penatnya permasalahan hidup. Tentu hidup memang selalu demikian jika kita menyikapi terlalu ruwet, perlu latihan yang keras sehingga kita bisa menyikapi hidup dengan woles dan tanpa beban. Anak-anak selain bertingkah mengejutkan dan membuat kita tertawa dan terhibur mereka pun memiliki imajinasi yang kuat dan hebat, apa sih yang tidak bisa dipikirkan oleh anak-anak dengan imajinasinya yang hebat dibandingkan para orang dewasa ? anak-anak memegang sebatang lidi saja anggapan mereka sedang memegang pedang dengan kekuatan tujuh elemen alam, sarung yang diikatkan kepada leher mereka sehingga terurai melewati punggug, mereka rasakan seperti superman yang mempunyai kekuatan super dan bisa menjelajahi seluruh alam ini. Sungguh pikiran anak-anak adalah kaya akan imajinasi dan hebat-hebat, hanya orang dewasa yang sepertinya agak tersendat imajinasinya dan tidak lagi sebagus anak-anak, walaupun terdapat beberapa orang yang masih mempunyai imajinasi seperti anak-anak.
Kita tentu pernah menjadi anak-anak, merasakan bahagianya menjadi anak-anak, bebas bermain dengan siapa pun dan kapan pun, waktu yang paling indah untuk manusia mungkin waktu ketika ia menjadi anak-anak. Ketika kita menjadi anak-anak akan merasa bebas, tanpa beban. Bermain layang-layang, mencuri mangga, jambu, buah kersen di pohon tetangga, berenang di sungai atau selokan, bermain kelereng, main pedang-pedangan, bermain bola sampai sore dan sesudahnya tidak mandi sehingga mendapat marah oleh mama, bermain polisi-polisian, dan bahkan masak-masakan. Namun saya kecewa pada hari ini anak-anak sudah bermain di lain dimensi, yaitu dimensi gadget, semua seperti orang dewasa yang membosankan, mereka – anak-anak – kini bermain secara individu, tidak ada sosialisasi satu dengan yang lainnya. Anak-anak kini bermain game di gadget dan sarana lainnya.
Tentu hal tersebut sangat disayangkan, dan menurut saya hal tersebut dapat mengakibatkan pada pola pikir mereka yang masih perlu diarahkan dan dibentuk, serta dibimbing oleh orang tuanya.
Sekali lagi, kita pernah menjadi anak-anak dan ketika kita sudah beranjak dewasa kita menjadi membosankan. Kita selalu tertekan oleh lingkungan termasuk di dalamnya tertekan oleh keberadaan atau eksistensi. Ingin menjadi apa kelak kita setelah dewasa ? atau ketika kita telah menginjak umur 22 atau 23 tahun ? akan kah kita berguna di masa depan ? akan kah kita dapat membahagiakan diri sendiri dan orang tua dengan kemampuan kita yang dimiliki dan tidak bergantung pada orang lain khususnya orang tua kita ? Tentu saya yakin setiap manusia akan berfikir seperti itu dan menjadi galau dibuatnya. Hidup memang suatu kenyataan yang tidak dapat dielakkan, tentu tiap manusia mempunyai pikiran masing-masing dengan segala kelebihan dan ke-khas-an nya. Setiap manusia berhak menjadi apa yang ia inginkan, maka bagi saya manusia harus memilih jalan hidup nya, terlebih ketika ia telah dewasa dalam artian ia telah mampu berfikir dan merasa serta mengolah segala pengalaman dan pengetahuannya sehingga ia dapat menyimpulkan dari hasil renungannya. Saya teringat oleh perkataan seorang penulis hebat – Pramoedya Ananta Toer – bahwa orang harus bersikap jika tidak, ia tidak akan menjadi apa-apa, begitu kiranya perkataan Pram yang telah merasuk alam pikiran dan hati saya, jujur saya sangat mengagumi beliau. Al-fatihah untuk beliau semoga bahagia di alam sana. Aamiin.
Anak-anak tidak bisa terus menjadi anak-anak, ia akan selalu tumbuh dan berkembang baik fisik dan mentalnya. Tentu dalam perjalan tumbuh-kembang, mereka mendapati berbagai macam pengalaman dan pengetahuan tentang hidup. Melalui mata mereka melihat, melalui telinga mereka mendengar, melalui perasaan mereka merasakan berbagai hal yang terjadi pada hidup mereka. Usia balita dan anak-anak tentu mereka mendapat arahan, bimbingan, dan bentukan dari orang tua mereka. Namun ketika remaja mereka akan menjadi peniru yang handal. Mereka akan meniru teman-temannya, kakak-kakak angkatan disekolahnya, bahkan senior di kampusnya!, tokoh idolanya, dari mulai gaya rambut sampai pakaian, dan mereka masih terombang-ambing di dalam arus kehidupan. Mereka akan terus tumbbuh dan berkembang sehingga mereka akan mencapai titik keresahan hidup dan keberadaan dirinya di antara masyarakat. Akan jadi apa kah aku ? apa mampu aku mengarungi hidup masa mendatang dengan kemampuan seperti ini ? siapa jodoh ku ? bagaimana rupa nya ? bisa kah aku membahagiakan orang tua ku dengan kemampuan diri ku sendiri ? berguna kah aku untuk orang terdekat dan masyarakat ? jangan-jangan aku akan menjadi pecundang di masa depan.. oh tidak aku akan menjadi orang yang bermanfaat untuk diri ku, orang tua ku, dan orang-orang terkasih dihidup ku. Pertanyaan-pertanyaan tersebut lah yang kiranya akan menghampiri mereka yang akan beranjak dewasa.
Anak-anak laksana seekor burung yang tentu akan menjelajahi angkasa bumi ini dengan sayap-sayap indah nan kuat mereka. Anak burung tentu mendapatkan didikan dan latihan untuk bisa terbang dari ibu burung yang mulia, sebelum ibu burung melepas mereka, tentu mereka telah cukup kenyang dengan kasih sayang, pendidikan, dan motivasi dari ibu burung maupun bapak burung dan tentu cukup latihan terbang. Maka ketika anak burung itu telah melebarkan sayapnya dan ia mampu terbang ia dapat menjelajahi seluruh angkasa bumi dan meraih apa yang ia inginkan untuk hidupnya dan seterusnya ia akan menemukan pasangannya dan menetaskan anak-anak burung mereka kemudian mendidik dan melatih mereka untuk terbang menjelajahi alam yang indah ini. Begitu seterusnya, berulang dan terus berulang. Anak-anak adalah hasil duplikat kita dari mulai fisik hingga pikiran. Biar kan mereka tumbuh dengan wajar dan mengepakan sayap nya yang indah dan kuat untuk menjelajahi kehidupan yang indah ini laksana anak-anak burung yang telah cukup mampu mengepakkan sayap-sayap lembutnya. Namun bagaimana pun kita telah dewasa akan tetap seperti anak-anak yang lucu bagi orang tua kita terutama ibu kita.
B. Sulistyo
27 Juli 2016.