MEMBACA MAHASISWA ZAMAN INI

Saya langsung berteriak dan menendang meja komputer ketika mendapati nama saya terpampang di pengumuman online penerimaan mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Hari itu menjadi hari yang sangat menyenangkan yang pernah ada di hidup saya, betapa tidak menjadi seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri menjadi suatu kebanggaan di negeri ini terlebih di kalangan keluarga dan saudara hanya saya yang mampu berkuliah di perguruan tinggi negeri, saya menjadi jumawa akan hal itu. Tidak pernah terbayangkan saya akan menjadi mahasiswa pada saat itu, setelah lulus sekolah kejuruan saya bekerja di sebuah apotik lengkap dengan praktik dokter. Tentu saya mencintai pekerjaan ini namun ada suara kecil dari hati kecil yang terus mengaung-ngaung seperti macan kelaparan dan kehausan, saya merenung ada apa gerangan, saya tahu bahwa pikiran dan hati saya tidak ada yang beres saya terus mencari, dan tentu saya berperang dengan diri saya yang lain dan ternyata saya mengakui bahwa saya tidak puas dengan pekerjaan saya, bukan perihal penghasilan, walupun hal tersebut ikut mempengaruhi saya dalam mengambil keputusan untuk berkuliah tapi hanya nomor sekian dari angka pokok yang melatar belakangi saya berkuliah. Tujuan saya hanya satu ingin mengulang waktu kembali belajar, saya akui bahwa selama sekolah saya tidak rajiin, dan termasuk malas, membeo, tidak punya pendirian, intinya saya ingin menjadi pribadi yang berkarakter dan mempunyai sikap. Pendek kata saya berkuliah dengan susah payah masuk perguruan tinggi negeri itu, dengan menisihkan uang penghasilan dari bekerja saya mengikuti bimbel karena tentu ketika di smk mata pelajaran yang diajarkan tidak menjuruskan untuk menghadapi soal-soal tes masuk perguruan tinggi, terlebi pikiran ini sudah terlalu lama tidak diasah dalam hal akademik.

Waktu terus berlalu akhirnya saya masuk dunia perkuliahan yang sangat majemuk, saya bisa menemukan orang-orang dengan karakter yang bermacam-macam berikut dengan keadaan ekonomi atau status sosialnya. Tentu saja dunia perkuliahan sangat menarik karena kita bisa bertemu dan berteman bahkan merajut hubungan dengan orang lain dari luar daerah kita bahkan luar pulau dan negara. Adanya dunia baru yang diisi oleh orang-orang baru, kehidupan baru, cara bergaul yang baru, cara belajar yang baru di dunia perkuliahan mengakibatkan perubahan pada diri seseorang. Saya pun demikian, jujur dunia perkuliahan adalah dunia yang membentuk diri kita luar dalam, mungkin di dalam dunia perkuliahan juga seseorang bisa di tempa menjadi pribadi baru secara total atau secara sedikit karena pribadi dia sudah ditempa sejak sekolah dulu. Dunia perkuliahan adalah titik tolok dalam pembentukan pribadi manusia-manusia di dalamnya sebelum ia keluar dari kampus untuk hidup bersama masyarakat yang sesungguhnya. Aspek pengetahuan pun akan meningkat dalam diri seseorang ketika memasuki dunia kampus dan hidup di dalamnya. Tentu hal tersebut dilatar belakangi oleh tumpah nya segala macam informasi dan pengetahuan yang ada di dunia dari mulai dunia dulu atau sejarah, sampai saat ini yang mengaibatkan pikiran-pikiran manusia kampus dapat menerawang masa depan, masa sekarang, dan masa lalu sebagai akibat berkembang kemampuan pikirnya.

Kita bisa melihat dunia kampus identik dengan ilmu dan mahasiswa identik dengan manusia yang terpelajar, cerdas, intelek, dan peduli terhadap masyarakat dan bangsa. Secara tidak langsung masyarakat negeri ini berharap kepada mahasiswa yang hidup di dunia kampus menjadi orang yang dapat membimbing dan memimpin mereka di masa depan. Saya saat itu sangat senang sekali, saya mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar, banyak buku habis di baca oleh saya dari mulai buku seputar jurusan kuliah hingga di luar jurusan kuliah. Teman –teman saya pun mulai asyik dengan rajin mengikuti diskusi-diskus kampus, ikut organisasi intra maupun ekstra kampus, ada yang berjualan atau berwirausaha dan ada yang akademikus alias kerjaannya hanya mementingkan IPK. Setiap orang mempunyai pilihan dalam berkehidupan dalam kampus, ada orang yang memilih aktif organisasi, ada orang yang aktif di IPK, dan ada yang aktif di bidang wirausaha sampai ada yang aktif pacaran ataupun nongkrong. Itu lah dunia kampus tiap orang merancang masa depan masing-masing, melalui keinginan-keinginannya. Saya sendiri memilih menjadi mahasiswa yang bisa masuk sana-sini yaitu mahasiswa yang tidak mempunyai satu tujuan tetapi banyak tujuan, banyak mimpi.

Ketika saya mahasiswa (sampai sekarang pun masih mahasiswa) saya mempunyai keinginan untuk menjadi seorang polimatik, tentu hal tersebut keren bagi saya. Orang-orang jaman dulu yang saya maksud di sini adalah ilmuawan dan filsuf adalah polimatik. Tentu untuk menjadi demikian membutuhkan motivasi kuat dan tenaga pantang menyerah. Jika berbicara mahasiswa sebagai orang yang intelek serta terpelajar maka di dalam pribadinya sudah tercermin sikap dan perilaku, tutur kata yang mencerminkan terpelajar dan intelektual, dalam hati nya sudah terpatri rasa bela sesama manusia terutama bagi kaum-kaum tertindas dalam bentuk fisik maupun psikis. Minimal sebagai seorang yang terpelajar, maka ia harus bersikap atau berlaku adil sejak dalam pikiran dan perbuatan, begitu petuah yang diajarkan oleh Pramoedya yang terus terngiang di benak saya. Memang seorang terpelajar harus demikian, karena ia telah mengenyam pengalaman dan lebih tahu dari pada yang tidak terpelajar, hati dan jiwa ia harus lebih halus, pikiran dia harus tajam seperti mata elang.

Kehidupan kampus membentuk karakter manusia mahasiswa nya dari pengalaman-pengalaman yang ia rasakan langsung dari dirinya sendiri maupun orang lain. Maka mahasiswa seyogiya nya menimba ilmu dari lingkungannya. Zaman ini mahasiswa di negeri ini banyak sekali macamnya, seperti yang sudah saya sebutkan tadi, apapun macamnya bagi saya setiap individu mahasiswa harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri, orang-orang sekitarnya dan terkasihnya. Jika diharuskan demikian maka, seorang terpelajar tersebut harus menempuh jalan agar menjadi terpelajar, agar menjadi sarjana yang sesungguhnya, sarjana yang tidak hanya meraih gelar saja namun berisi hingga jiwanya untuk membangun dirinya sendiri dan masyarakat, serta bangsa. Memang pikiran saya terlalu idealis namun jika tidak demikian bangsa ini akan terus terjajah oeh ketidaktahuan, oleh kebodohan yang menjelma lewat gelar-gelar akademik yang mewah, percuma saja jika mendapatkan sederatan gelar akademik dari dalam atau pun luar negeri jika ia tidak peduli terhadap masyarakat dan sekitarnya. Jangan sampai sarjana-sarjana yang masih menjadi embrio di kampus-kampus menjadi mesin penyedot darah bagi masyarakatnya.

Mahasiswa zaman ini membaca buku kuliah pun enggan, mereka membaca juga tetapi membaca power point alias ppt materi dari dosen, mahasiswa yang membeo dan menelan begitu saja atas apa yang dikatakan dosen, bagaimana mau menghasilkan sarjana yang dapat adil sejak dalam pikiran jika membaca saja malas dan masih membeo dan mudah dikendalikan. Tentu mahasiswa seperti itu tidak semua terdapat di Indonesia, masih banyak mahasiswa yang rela berlelah-lelah mempertahankan idelismenya dengan sejujur-jujurnya, sebaik-baiknya.
Saya heran mengapa saat ini mahasiswa lebih meributkan perihal pernikahan, tentu itu menjadi hak tiap individu, bagi mereka yang ingin menikah muda silakan, namun bagi saya tidak mudah untuk melakukan nikah muda terlebih belum punya pasangan dan masih kekurangan materil dan psikologis. Masih banyak hal yang masih saya persiapkan untuk melakukan hal itu, saya tidak mau terburu-buru menikah, terlebih saya belum mandiri. Tentu nikah muda atau pacaran setelah menikah dan sebaliknya mempunyai perdebatan masing-masing. Masih banyak yang harus dipikirkan oleh mahasiswa selain nikah, misal menyelesaikan studi, mau bagaimana ketika lulus nanti, maksudnya bagaimana kalian akan berkarya ditengah-tengah masyarakat ? bukan kah berkarya untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat merupakan suatu pahala yang besar dan mulia ? tidak melulu soal menikah, karena menikah adalah perkara yang agung perlu kekuatan besar dan kesiapan mental yang cakap. Sekali lagi ini argumen saya, setiap orang berhak menentukan pilihannya.

Mahasiswa indonesia tentu harus bersikap dewasa, masih banyak yang harus dilakukan, belajar sampai lulus kuliah, meningkatkan kualitas diri, mandiri, peka terhadap lingkungan, adil sejak dalam pikiran maupun perbuatan.
Mahasiswa saat ini bermacam-macam, dalam artian kegiatannya yang nantinya melahirkan pemikirannya. Saya salut dengan mahasiswa pergerakan, ia belajar untuk dirinya sendiri dan masyarakat, rela berlelah-lelah untuk turun ke jalan demi menyuarakan hak – hak mereka yang tertindas, demi menyurakan ketidak adilan. Saya pikir itu memang menjadi keharusan tetapi kita jangan lupa akan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang tua. Mau mahasiswa kuliah pulang- kuliah pulang atau kupu-kupu, mahasiswa kuliah rapat –kuliah rapat, tetap pada akhirnya kalian akan bermuara di mahasiswa tingkat akhir yang harus kau selesaikan dan lewati.

Berbicara mahasiswa memang tidak ada habisnya, karena bagi saya mahasiswa ujung tombak bagi suatu bangsa dalam mempertahankan eksistensinya di dunia. Adanya kaum terpelajar, suatu bangsa akan bangkit, dan maju tentu jika kaum terpelajar itu benar-benar terpelajar. Semoga mahasiswa Indonesia menjadi penerus bangsa yang dapat mempertahankan bangsa dan menyejahterakan kaum-kaum yang kekurangan.
Bandung, 23 Juli 2016
B. Sulistyo.

Published by

sulistyo

Halo teman! Saya Bayu Sulistyo, website ini merupakan tempat saya menulis -tentang apapun- sebetulnya saya tidak suka menulis, saya hanya membagikan informasi kepada kalian semua yang mungkin dapat bermanfaat, kalian dapat membagikan tulisan pada website ini jika memang perlu dibagikan. Oke sekian dari saya. selamat membaca! Best Regards Bayu Sulistyo

Leave a comment