Mengapa kita Malas Menulis ?

“Cogito Ergo Sum”, sabda salah satu filsuf terkenal Rene Descartes Bapak Filsafat moderen, sabda yag mempunyai arti kurang lebih “aku berpikir maka aku ada”.
Keberadaan seseorang ditentukan oleh tindakannya maka orang itu akan mengada untuk dirinya dan orang lain, ah sudah lah jadi terlalu filosofis. Mari kita fokus pada pokok bahasan judul yaitu “mengapa kita malas menulis ?”. Menulis adalah kegitan intelektual yang melibatkan perasaan, berpikir dan tindakan. Perasaan terlibat dalam merasakan sesuatu hal di dunia ini termasuk hidup kita ; keberhasilan dalam mencapai sesuatu, kegagalan dalam menjalankan sesuatu, melihat kondisi diri yang terkadang mengalami down, melihat keadaan keluarga, teman, sahabat sampai pada masyarakat terlepas itu keadaan yang menyenangkan atau membahagiakan serta menghawatirkan.

Saya pikir kita semua dapat merasakan suasana diatas, manusiawi. Berpikir tentu akan kita alami sepanjang hidup ini, berpikir mengapa sesuatu hal dapat terjadi entah itu yang menimpa kita atau orng terdekat sampai masyarakat, bangsa bahkan dunia. Kita berpikir mengenai ha – hl tersebut memikirkan sebab dan akibat dari sesuatu yang telah terjadi, maka dari proses merasa dan berpikir itu kita akan dapat suatu kesimpulan yang terkadang akan membuat kita galau, namun kita juga akan membiarkannya, sabodo teuing kalau kata bahasa sunda yang artinya kra – kira emang gue pikirin. Jika ada kemauan kita bisa menuliskan hasil dari merasa dan berpikir itu, sehingga dapat terekam yang nantinya akan bermanfaat untuk kita dan orang lain, kita bisa merefleksi kembali memori dan perasaan kita dari tulisan kita, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan tentunya menuis yang kita lakukan sebagai upaya megelurkan segala kegalauan dari diri kita.

Bagi orang lain hasil tulisan kita akan menjadi motivasi dan inspirasi dirinya. Menulis adalah kegiatan sarana untuk menyembuhkan diri dari pikiran – pikiran dan perasaan galau, karena segala sesuuatu yang berada di hati dan pikiran kita keluar dari dalam diri kita, tidak mandet.
Menulis juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berada di waktu yang sama dan di waktu masa depan. Sejarah membutikkan bahwa penulis – penulis jaman dulu menuliskan perasaan dan pemikirannya kemudia menjadi bacaan orang saat ini dan tidakjarang terpengaruh dari tulisan mereka. Menulis juga sebagai sarana penyaran informasi, dan ilmu pengetahuan ; berita, jurnal penelitian, buku pemikran tokoh – tokoh. Menulis sebagai bahasa yang tak terlisankan. Tapi mengapa kita malas menulis ? hal pertama yang menjadi penyebabnya adalah keengganan kita untuk mencoba. Kita selalu dibayang – banyangi oleh perasaan tidak percaya diri ; tulisan kita jelek, takut salah, takut dianggap sok.

Hal yang kedua adalah kita tidak gemar membaca, padahal kegiatan tersebut sangat bermanfaat dalam hal memperkaya khazanah pemahaman dan pemikiran kita, meperkaya tatabahasa kita, merasakan apa yang dituliskn orang lain. Selain itu faktor budaya yang dianggap paling dasar, menurut Jakob Soemardjo masyarakat kita adalah masyarakat lisan, masyarakat yang mempunyai budaya bericara bukan menulis. Bertindak atau melakukan aksi menulis memang sulit itu pun yang saya alami, saya kira setiap orang akan mengalaminya tapi kita harus memaksa diri kita untuk menulis agar setiap perasaan dan pemikiran kita dapat terekam dan terbaca oleh dunia. Kita bisa belajar dar penulis – penulis hebat contoh Pramoedya Ananta Toer, Tan Malaka, Soekarno, Hatta, merekasemua menulis untuk menyebarluaskan perasaan dan pemikirannya dan sampai hari ini orang – orang terpengaruh oleh perasaan dan pemikiran mereka.

Menulis banyak manfaatnya untuk kita, selain dapat mengeluarkan kegalauan dari diri kita, menulis dapat membuat rapih sirkuit – sirkuit pemikiran kita yang berantakan akibat dari berpikir – berpikir yang banyak dan tidak pernah dikeluarkan, jelasnya menulis dapat membuat jalan – jalan di pikiran kita menjadi lebih tertib dan rapih. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat menulis ? saya pikir hal pertama yang dilakukan adalah memaksa diri kita untuk mulai menulis, tuliskan saja apa yang dirasakan dan dipikirkan, mulailah menulis diary, jangan terpengruh pikiran kan dijudge jelek orang lain. Mulaiah membaca apapun, koran, majalah, novel, atau buku – buku lainnya yang dirasa kita suka.

Apa kita sudah memaksa diri untuk menulis ?

Bayu Sulistyo, masih belajar menulis.

Published by

sulistyo

Halo teman! Saya Bayu Sulistyo, website ini merupakan tempat saya menulis -tentang apapun- sebetulnya saya tidak suka menulis, saya hanya membagikan informasi kepada kalian semua yang mungkin dapat bermanfaat, kalian dapat membagikan tulisan pada website ini jika memang perlu dibagikan. Oke sekian dari saya. selamat membaca! Best Regards Bayu Sulistyo

Leave a comment